Sebagian besar dari 925 juta penduduk dunia yang masih hidup dalam kelaparan berada di wilayah Kelompok Negara G-77, dan kita harus merubah kondisi ini.
Hal itu disampaikan kandidat Dirjen FAO dari Indonesia, Prof. Dr. Indroyono Soesilo, saat memaparkan Visi dan Misi FAO Masa Datang di hadapan anggota delegasi Kelompok Negara G-77 di markas Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Roma, Italia, Jumat (20/5/2011).
Pemilihan Dirjen FAO akan berlangsung pada 26/6/2011 di Roma, pada Konperensi FAO ke-37 dan akan diikuti oleh 192 negara-negara anggota FAO, demikian Minister Counsellor Pensosbud KBRI Roma Musurifun Lajawa kepada detikcom malam ini.
Prof. Indroyono memaparkan bahwa wilayah Asia pertumbuhan ekonominya paling tinggi di dunia, namun ternyata lebih dari 400 juta penduduknya masih hidup kelaparan.
"Oleh sebab itu melalui FAO kerjasama dan kemitraan perlu lebih ditingkatkan. Pengembangan kapasitas dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia adalah kunci kebijakan yang harus diusung bersama-sama," demikian Indroyono, yang juga Sekretaris Menko Kesra.
Indroyono mencontohkan pengalaman saat Indonesia meraih Penghargaan FAO atas keberhasilan Swasembada Beras Tahun 1985, maka Indonesia kemudian membangun dua Pusat Pelatihan Pertanian di Tanzania dan Gambia sebagai sarana pengembangan kapasitas dan pelatihan bagi petani dari 27 negara Afrika.
Pusat Pelatihan ini sampai sekarang masih berfungsi baik, bahkan terus direvitalisasi. Selain itu ahli-ahli Indonesia saat ini berada di Kenya dan Somalia untuk melatih budidaya perikanan air tawar bagi pembudidaya ikan di kedua negara tersebut.
"Para pembudidaya ikan dari negara-negara Afrika saat ini juga sedang berada di Situbondo dan Sukabumi, untuk pelatihan budidaya ikan laut dan air tawar," papar Indroyono.
Dikatakan, kerjasama dengan negara Amerika Latin dari Kelompok G-77 perlu terus ditingkatkan, terutama di bidang prakiraan perubahan iklim, termasuk antisipasi bencana El Nino dan La Nina, yang diperkirakan akan muncul pada tahun 2012 mendatang.
Lanjut Indroyono, pengalaman Indonesia menanggulangi bencana El Nino 1997, yang mengakibatkan kemarau panjang, kebakaran hutan, dan gagal panen ternyata merubah pola migrasi ikan di Samudera Hindia, sehingga panen ikan justru terjadi di perairan Selatan Jawa dan Barat Sumatera saat El Nino muncul.
"Pola serupa dimungkinkan akan muncul pula di wilayah perairan Peru dan Chili di Amerika Latin," cetusnya.
Para anggota Kelompok Negara G-77 mengharapkan jika Prof. Indroyono kelak terpilih menjadi Dirjen FAO dapat meningkatkan peran kelompok pakar FAO untuk membantu program dan proyek pengembangan kapasitas di negara G-77.
Disamping itu Indroyono juga diharapkan dapat membuat kebijakan peningkatan produksi pangan global serta meningkatkan kemitraan dengan lembaga-lembaga multilateral dan internasional.
Hal itu disampaikan kandidat Dirjen FAO dari Indonesia, Prof. Dr. Indroyono Soesilo, saat memaparkan Visi dan Misi FAO Masa Datang di hadapan anggota delegasi Kelompok Negara G-77 di markas Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Roma, Italia, Jumat (20/5/2011).
Pemilihan Dirjen FAO akan berlangsung pada 26/6/2011 di Roma, pada Konperensi FAO ke-37 dan akan diikuti oleh 192 negara-negara anggota FAO, demikian Minister Counsellor Pensosbud KBRI Roma Musurifun Lajawa kepada detikcom malam ini.
Prof. Indroyono memaparkan bahwa wilayah Asia pertumbuhan ekonominya paling tinggi di dunia, namun ternyata lebih dari 400 juta penduduknya masih hidup kelaparan.
"Oleh sebab itu melalui FAO kerjasama dan kemitraan perlu lebih ditingkatkan. Pengembangan kapasitas dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia adalah kunci kebijakan yang harus diusung bersama-sama," demikian Indroyono, yang juga Sekretaris Menko Kesra.
Indroyono mencontohkan pengalaman saat Indonesia meraih Penghargaan FAO atas keberhasilan Swasembada Beras Tahun 1985, maka Indonesia kemudian membangun dua Pusat Pelatihan Pertanian di Tanzania dan Gambia sebagai sarana pengembangan kapasitas dan pelatihan bagi petani dari 27 negara Afrika.
Pusat Pelatihan ini sampai sekarang masih berfungsi baik, bahkan terus direvitalisasi. Selain itu ahli-ahli Indonesia saat ini berada di Kenya dan Somalia untuk melatih budidaya perikanan air tawar bagi pembudidaya ikan di kedua negara tersebut.
"Para pembudidaya ikan dari negara-negara Afrika saat ini juga sedang berada di Situbondo dan Sukabumi, untuk pelatihan budidaya ikan laut dan air tawar," papar Indroyono.
Dikatakan, kerjasama dengan negara Amerika Latin dari Kelompok G-77 perlu terus ditingkatkan, terutama di bidang prakiraan perubahan iklim, termasuk antisipasi bencana El Nino dan La Nina, yang diperkirakan akan muncul pada tahun 2012 mendatang.
Lanjut Indroyono, pengalaman Indonesia menanggulangi bencana El Nino 1997, yang mengakibatkan kemarau panjang, kebakaran hutan, dan gagal panen ternyata merubah pola migrasi ikan di Samudera Hindia, sehingga panen ikan justru terjadi di perairan Selatan Jawa dan Barat Sumatera saat El Nino muncul.
"Pola serupa dimungkinkan akan muncul pula di wilayah perairan Peru dan Chili di Amerika Latin," cetusnya.
Para anggota Kelompok Negara G-77 mengharapkan jika Prof. Indroyono kelak terpilih menjadi Dirjen FAO dapat meningkatkan peran kelompok pakar FAO untuk membantu program dan proyek pengembangan kapasitas di negara G-77.
Disamping itu Indroyono juga diharapkan dapat membuat kebijakan peningkatan produksi pangan global serta meningkatkan kemitraan dengan lembaga-lembaga multilateral dan internasional.
0 komentar:
Posting Komentar