Harian Belanda de Volkskrant beberapa saat lalu menyoroti
kondisi pabrik pabrik gula di Situbondo, Indonesia yang terbengkalai selama 50 tahun. Pabrik gula
Olean di Situbondo masih menggunakan tenaga uap seperti ketika dibangun oleh
perusahaan Hoboken Rotterdam tahun 1849. Selain Olean,Situbondo, Jawa Timur juga mengenal 16 pabrik gula yang hampir semuanya bikinan Belanda. 100 tahun lalu para pengusaha gula mengeruk keuntungan dari gula kualitas tinggi. Kala itu Jawa Timur adalah gudang gula terbesar dunia setelah Kuba. Pabrik gula Jatiroto saat itu terbesar di dunia.
Pabrik-pabrik itu telah lama ditinggalkan pendirinya, tapi sampai detik ini masih bekerja memeras tebu. Tahun 1957 perusahaan-perusahaan Belanda dinasionalisasikan. Dan sejak itu hampir tidak ada upaya modernisasi pabrik gula. Paling banter hanya mengganti mesin yang rusak. Saat inipun tidak cukup tebu untuk diolah. Jaman Belanda dulu petani wajib menanam tebu pada sepertiga lahannya. Kewajiban itu sekarang tidak ada lagi, dan karenanya Indonesia harus mengimpor gula. Setiap tahun dibutuhkan 3,3 juta ton gula, sementara yang di produksi hanya 2,2 juta ton. Impor gula ini merupakan kenyataan pahit, yang juga harus mengimpor minyak, padahal Indonesia punya banyak minyak dan gas. Impor ini membuktikan betapa ceroboh Indonesia mengelola kekayaan alamnya.
Demikian de Volkskrant.
Direksi PTPN XI sedang menggarap rencana penyelamatan industri gula. beberapa pabrik akan ditutup, sebagian lagi akan digabung dan diperluas untuk meningkatkan produksi. Di seluruh Indonesia bakal ada delapan pabrik besar baru. Ini tetap merupakan kerja tambal sulam, de Volkskrant mengutip Rene van Sloten, utusan organisasi pensiunan manager Belanda. Menurut Van Sloten, pabrik gula Olean di Situbondo dinobatkan sebagai pabri uap terindah di dunia. Mungkin satu satunya pabrik di dunia dengan mesin uap yang masih bekerja penuh. Karenanya harus dilestarikan.
Peninggalan Bersejarah yang setidaknya telah mengukir nama Kota Situbondo di mata dan dunia International terbengkalai begitu saja,tanpa adanya pihak yang peduli atau merasa berkewajiban,(paling tidak terpanggil untuk melestarikan)
Membuat kita miris,Kalau kita tilik Kota kota di Amerika yang telah melahirkan suatu moment sejarah yang mengukir nama kota tersebut,warga berlomba lomba untuk menjadikan peninggalan bersejarah tersebut sebagai daya tarik para Turis dari daerah lain untuk menyaksikan dan mempelajari suatu peristiwa sejarah yg pernah terjadi.sebut saja Alamodi texas,independece building di Pensilvania,gereja rusia ortodox di Sitka Alaska,dan banyak lagi.mereka sadar selain memberikan pengetahuan kepada para kaum muda juga bangunan tersebut akan mendatangkan penghasilan bagi warga sekitar juga devisa negara bagian tersebut.
Di bandung dan Jakarta telah sejak lama Lahir suatu organisasi non profit yang mencoba melestarikan peninggalan Zaman Kolonial belanda,karena identitas kota kota tersebut tergali sampai jaman kolonial,di Jakarta misalnya tidak akan pernah di temukan adanya Candi atau peninggalan zaman nenek moyang pra Kolonial,yng di punyai jakarta hanya peninggalan zaman Belandadan jepang.dari titik tolak itu jakarta terpanggil untuk melestarikan apa yang mereka punya.
Tidakkah kita terpanggil untuk ikut serta melestarikan apa2 yang telah di tinggalkan oleh Kolonial Belanda di kota ini.Dam sungai sampean misalnya di bangun oleh seorang politikus dan arsitek enginering belanda bernama Hendrikus Hubertus van Kol pada 1876. (kalau kita liat sekarang keaadaan Dam tersebut kita akan berkata” apa maksud Van Kol membangun dam sepanjang kira kira 600 m dari ujung selatan sampai utara?bukankah aliran sungai sampean di muara dam sampean kecil?atau bahkan kering pada musim kemarau!sebagai seorang enginer Van kol tahu betul keadaan alam di daerah Bondowoso dengan memperkirakan curah hujan dan musim beliau bisa memperhitungkan daya bendung dan volume air yang di kirimkan dari bondowoso ke kota situbondo.pada masa pembangunan dam tersebut dam muara sungai sampean tidak lah sekecil sekarang melainkan aliran sungai terbendung sampai ujung utara (kalau tidak salah di bawah dam itu dulu ada lapangan Tenis) begitu banjir dikirim dari bondowoso air akan mencapai bibir dam dan pintu dam di selatan pun akan segera dibuka, sebaliknya pintu dam yang ke arah kota akan di perkecil.dengan kedalaman dam muara sungai banjir pun dapat di atasi. kita lupa bahwa bantaran sungai tidak seharusnya di jadikan perumahan penduduk,akibatnya perlahan sungai akan mengecil dan terjadi pendangkalan akibat sampah dan limbah rumah tangga.saat terjadi banjir kapasitas sungai yang asli terusik debit air yg seharusnya melebar jadi meninggi.dam di rancang untuk tidak menampung air setinggi yang di terima saat terjadi banjir beberapa tahun silam akibat nya aliran air meluber dan mengerus meluluhlantakkan apa saja yng menghalangi jalan nya dahulu…
Disadur dari: http://sitoebondotempodoeloe.blogspot.com/
kondisi pabrik pabrik gula di Situbondo, Indonesia yang terbengkalai selama 50 tahun. Pabrik gula
Olean di Situbondo masih menggunakan tenaga uap seperti ketika dibangun oleh
perusahaan Hoboken Rotterdam tahun 1849. Selain Olean,Situbondo, Jawa Timur juga mengenal 16 pabrik gula yang hampir semuanya bikinan Belanda. 100 tahun lalu para pengusaha gula mengeruk keuntungan dari gula kualitas tinggi. Kala itu Jawa Timur adalah gudang gula terbesar dunia setelah Kuba. Pabrik gula Jatiroto saat itu terbesar di dunia.
Pabrik-pabrik itu telah lama ditinggalkan pendirinya, tapi sampai detik ini masih bekerja memeras tebu. Tahun 1957 perusahaan-perusahaan Belanda dinasionalisasikan. Dan sejak itu hampir tidak ada upaya modernisasi pabrik gula. Paling banter hanya mengganti mesin yang rusak. Saat inipun tidak cukup tebu untuk diolah. Jaman Belanda dulu petani wajib menanam tebu pada sepertiga lahannya. Kewajiban itu sekarang tidak ada lagi, dan karenanya Indonesia harus mengimpor gula. Setiap tahun dibutuhkan 3,3 juta ton gula, sementara yang di produksi hanya 2,2 juta ton. Impor gula ini merupakan kenyataan pahit, yang juga harus mengimpor minyak, padahal Indonesia punya banyak minyak dan gas. Impor ini membuktikan betapa ceroboh Indonesia mengelola kekayaan alamnya.
Demikian de Volkskrant.
Direksi PTPN XI sedang menggarap rencana penyelamatan industri gula. beberapa pabrik akan ditutup, sebagian lagi akan digabung dan diperluas untuk meningkatkan produksi. Di seluruh Indonesia bakal ada delapan pabrik besar baru. Ini tetap merupakan kerja tambal sulam, de Volkskrant mengutip Rene van Sloten, utusan organisasi pensiunan manager Belanda. Menurut Van Sloten, pabrik gula Olean di Situbondo dinobatkan sebagai pabri uap terindah di dunia. Mungkin satu satunya pabrik di dunia dengan mesin uap yang masih bekerja penuh. Karenanya harus dilestarikan.
Peninggalan Bersejarah yang setidaknya telah mengukir nama Kota Situbondo di mata dan dunia International terbengkalai begitu saja,tanpa adanya pihak yang peduli atau merasa berkewajiban,(paling tidak terpanggil untuk melestarikan)
Membuat kita miris,Kalau kita tilik Kota kota di Amerika yang telah melahirkan suatu moment sejarah yang mengukir nama kota tersebut,warga berlomba lomba untuk menjadikan peninggalan bersejarah tersebut sebagai daya tarik para Turis dari daerah lain untuk menyaksikan dan mempelajari suatu peristiwa sejarah yg pernah terjadi.sebut saja Alamodi texas,independece building di Pensilvania,gereja rusia ortodox di Sitka Alaska,dan banyak lagi.mereka sadar selain memberikan pengetahuan kepada para kaum muda juga bangunan tersebut akan mendatangkan penghasilan bagi warga sekitar juga devisa negara bagian tersebut.
Di bandung dan Jakarta telah sejak lama Lahir suatu organisasi non profit yang mencoba melestarikan peninggalan Zaman Kolonial belanda,karena identitas kota kota tersebut tergali sampai jaman kolonial,di Jakarta misalnya tidak akan pernah di temukan adanya Candi atau peninggalan zaman nenek moyang pra Kolonial,yng di punyai jakarta hanya peninggalan zaman Belandadan jepang.dari titik tolak itu jakarta terpanggil untuk melestarikan apa yang mereka punya.
Tidakkah kita terpanggil untuk ikut serta melestarikan apa2 yang telah di tinggalkan oleh Kolonial Belanda di kota ini.Dam sungai sampean misalnya di bangun oleh seorang politikus dan arsitek enginering belanda bernama Hendrikus Hubertus van Kol pada 1876. (kalau kita liat sekarang keaadaan Dam tersebut kita akan berkata” apa maksud Van Kol membangun dam sepanjang kira kira 600 m dari ujung selatan sampai utara?bukankah aliran sungai sampean di muara dam sampean kecil?atau bahkan kering pada musim kemarau!sebagai seorang enginer Van kol tahu betul keadaan alam di daerah Bondowoso dengan memperkirakan curah hujan dan musim beliau bisa memperhitungkan daya bendung dan volume air yang di kirimkan dari bondowoso ke kota situbondo.pada masa pembangunan dam tersebut dam muara sungai sampean tidak lah sekecil sekarang melainkan aliran sungai terbendung sampai ujung utara (kalau tidak salah di bawah dam itu dulu ada lapangan Tenis) begitu banjir dikirim dari bondowoso air akan mencapai bibir dam dan pintu dam di selatan pun akan segera dibuka, sebaliknya pintu dam yang ke arah kota akan di perkecil.dengan kedalaman dam muara sungai banjir pun dapat di atasi. kita lupa bahwa bantaran sungai tidak seharusnya di jadikan perumahan penduduk,akibatnya perlahan sungai akan mengecil dan terjadi pendangkalan akibat sampah dan limbah rumah tangga.saat terjadi banjir kapasitas sungai yang asli terusik debit air yg seharusnya melebar jadi meninggi.dam di rancang untuk tidak menampung air setinggi yang di terima saat terjadi banjir beberapa tahun silam akibat nya aliran air meluber dan mengerus meluluhlantakkan apa saja yng menghalangi jalan nya dahulu…
Disadur dari: http://sitoebondotempodoeloe.blogspot.com/
1 komentar:
Semoga peninggalan bersejarah di kota situbondo kan tetap selalu ada.situbondo kota santri tempatku di besarkan.
Posting Komentar