Rabu, 08 Juni 2011

Temuan Air Terjun di Banyuglugur

Sebuah air terjun yang baru ditemukan warga dan belum diberi nama ini direncanaka akan dijadikan tempat pariwisata di Kecamatan Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur (Jatim). Dengan Kondisi Kecamatan Banyuglugur yang merupakan daerah pegunungan kepanjangan dari pegunungan Argopuro, memiliki topografi yang memiliki potensi adanya air terjun yang menjadi nilai tambah bagi pengembangan pariwisata di Situbondo.
Menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi wisata ini, dengan beberapa langkah pembenahan dan kegiatan promosi sehingga ke depannya menjadi salah satu peluang untuk memunculkan lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

Batu Kodok di Besuki, Menarik untuk Dikunjungi!!!

Kumpulan batu besar yang salah satunya berbentuk lonjong seperti kodok sedang diam. Berada di tikungan jalan di wilayah Besuki, Situbondo, Jatim dalam kondisi miring namun tidak pernah bergeser apalagi jatuh walaupun tanah disekitarnya adalah tebing curam.
Kondisi Batu yang begitu unik tersebut, cukup mengundang para pengguna jalan untuk berhenti sejenak sekedar memperhatikan keunikan batu tersebut. Dengan bentuk seperti kodok tersebut merupakan keindahan tersendiri dan merupakan hasil dari ekosistem alam yang ada di daerah tersebut.

Si Bosi, Peniru Suara Hewan Asli SItubondo

Ini dia insan Situbondo yang mulai dikenal di Indonesia dengan keahliannya menirukan suara hewan. Bosi, itu nama panggilannya, telah diundang acara salah satu stasiun Televisi swasta di Jakarta untuk dapat mempertontonkan keahlian tersebut di depan kamera dan disaksikan jutaan pemirsa se-Indonesia.
Warga Situbondo yang bertempat tinggal di jalan Anggrek ini, memiliki keahlian khusus dengan menirukan banyak suara hewan seperti burung, kuda, anjing, dan masih banyak lagi. Selamat untuk Bosi dengan keahliannya dan semoga dapat dimanfaatkan serta memperkenalkan Kabupaten Situbondo.
Untuk mengetahui suara Bosi dengan aneka suara hewan, Silahkan klik disini.

Jumat, 03 Juni 2011

Pelabuhan Jangkar

Jangkar adalah salah satu pelabuhan yang ada di Situbondo. dan merupakan pelabuhan utama sebagai tempat berlabuhnya kapal transportasi laut. Kamu bisa melihat obyek wisata yang menarik di antara yang lainnya dengan tujuan pelayaran Situbondo ke Kalianget, Madura. Kemudian anda juga dapat melihat mercusuar disini. 
Bagi yang suka akan libuaran ataupun refresing, juga terdapat pantai yang indah sebagai tempat berenang dan berjemur. Bagi yang suka memancing, disini merupakan tempat yang cocok di samping Dermaga Cinta di Panarukan untuk menghabiskan waktu liburan sesuai hobi kalian.
Pada bagian barat dari pelabuhan, kamu akan melihat aksi dari ikan-ikan. Jika kamu ingin ikan segar anda dapat membelinya disini dan jangan lupa makanan khas di tempat ini yaitu Ikan Bakar Asapnya. Pelabuhan Jangkar berlokasi di Kecamatan Asembagus, Situbondo, di 10 km dari timur pusat Kabupaten Situbondo.





Rabu, 01 Juni 2011

Sejarah Singkat Hari Jadi Kabupaten Situbondo (HARJAKASI)

Penelusuran  Hari Jadi Kabupaten Situbondo berlangsung  melalui proses kajian yang cukup panjang melibatkan seluruh stakeholder, baik   sejarawan, pelaku sejarah, akademisi, pejabat pemerintah maupun kalangan wakil rakyat. Dengan asistensi pakar dari  lembaga Perguruan Tinggi  serta peran aktif Kelompok Peduli Budaya dan Wisata Daerah Jawa Timur, Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten, menerbitkan Buku Quo Vadis Hari Jadi Kabupaten Situbondo, yang memuat tonggak-tonggak terpenting dan monumental, sekaligus argumentasi akademik yang memadai terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah mulai masa pra kolonial, masa penjajahan, masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan  sebagai bahan pendalaman sejarah lokal.


Berdasarkan fakta sejarah Kabupaten Situbondo berawal dari Panarukan.  Nama Panarukan yang pada masa  sebelumnya disebut POERBOSARI merupakan Kota pelabuhan untuk perahu kepulauan sekitarnya. Setelah Orang Portugis  berlabuh dan berakulturasi dengan penduduk lokal, pada Tahun 1580 mereka mendirikan benteng pertahanan untuk menimbun barang dagangannya, seperti lada dan cengkeh yang dibawa dari kepulauan Maluku.  Daerah tersebut  menjadi tempat menaruh ( Panarukan ) barang orang-orang Portugis, sehingga penduduk setempat lambat laun memberi nama PANARUKAN.

Pada Masa Hindia Belanda, dalam rangka meningkatkan stabilitas pemerintahannya telah diangkat beberapa Bupati, diantaranya di wilayah ujung timur adalah Bupati Bondowoso dan Bupati Panarukan. Bupati Pertama adalah Raden Tumenggung Ario Surjo Amidjojo yang memiliki nama kecil Kanjeng Pandu.  Beliau adalah putra Bupati Pribumi I Besuki yang memerintah Panarukan dari Tahun 1850-1859.

Bupati saat itu merupakan pejabat tertinggi dalam pemerintahan birokrasi pribumi, yang membawahai para Wedhana. Dalam menjalankan roda pemerintahan ia dibantu oleh seorang Patih Kabupaten yang berkedudukan di Situbondo. Hingga Tahun 1910  wilayah Kabupaten Panarukan terbagi menjadi 4 Kawedhanan, Yaitu Situbondo, Panaroekan, Prajekan dan Soemberwaroe. Pada akhir pemerintahan Kolonial Belanda  terjadi perubahan cakupan kekuasaan dari Kabupaten Panarukan. Distrik Besuki yang dalam Keputusan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901 masuk dalam wilayah Kabupaten Bondowoso,   pada Tahun 1931 masuk dalam daftar wilayah Kabupaten Panarukan. Sejak itu, Panarukan terdiri dari Distrik Besuki, Distrik Panarukan, Distrik Situbondo dan Distrik Sumberwaru.

Nama Panarukan sangat dikenal berdasarkan penemuan sumber sejarah sejak lama. Sebagai tempat persinggahan para pedagang sejak Zaman Portugis, Panarukan menjadi ramai, bukan saja para pedagang tetapi juga para pelancong dan bahkan hingga Tahun 80-an nama Panarukan masih banyak dikenal oleh masyarakat luar daerah. Ketika Kabupaten Panarukan berdiri, terutama setelah Masa kemerdekaan, berbagai aktifitas pemerintahan dan hubungannya dengan pihak luar diselenggarakan di Distrik  Situbondo.

Berdasarkan kenyataan tersebut dan dengan pertimbangan untuk kepentingan kelancaran jalannya roda pemerintahan seiring dengan perkembangan kemajuan daerah, maka nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah Kabupaten panarukan diubah dan dipindahkan dari Panarukan ke Situbondo pada Era Bupati K. Achmad Tahir Hadisoeparto Tahun 1972. Kegiatan pemerintahan dengan nama resmi  Situbondo berawal pada tahun tersebut, yang secara yuridis formal  dibuktikan dengan dokumen sejarah sebagaimana  tertera dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1972 Tanggal 19 September 1972 tentang Perubahan nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan pemerintahan Kabupaten Panarukan menjadi  Kabupaten Situbondo dengan tempat Pemerintahan di Situbondo. Sebagai konsekuensi dari diterbitkannya Peraturan pemerintah tersebut maka sejak tanggal 19 September 1972 terjadi perpindahan jalannya roda pemerintahan dan pembangunan secara resmi dari Panarukan  ke  Situbondo.

Hari Jadi  merupakan tonggak sejarah dimulainya  pemerintahan suatu daerah, yang  akan dikenang sepanjang hayat sebagai sumber motivasi bagi masyarakat dalam menapak kehidupan yang adil, sejahtera dan berdaya saing, lebih-lebih  dalam paradigma kehidupan pemerintahan yang desentralistik di Era Otonomi Daerah saat ini.Sebagai sebuah identitas yang menjadi kebanggaan masyarakat, Hari Jadi suatu daerah  adalah muara dalam menggalang solidaritas, rasa memiliki dan rasa cinta terhadap daerah sehingga mendorong kreatifitas  masyarakat untuk berkarya dan membangun demi kemajuan daerah.

Dalam Konteks ini, setelah bertahun-tahun menjadi pertanyaan berbagai kalangan, pada Hari Rabo Tanggal 12 Agustus 2009 terjadi peristiwa monumental  dalam upaya penelusuran sejarah Kabupaten Situbondo.  Itulah saat dimana penetapan Hari jadi Kabupaten Situbondo mendapat persetujuan  bersama  eksekutif dan legislatif.Dalam suatu  Rapat Paripurna DPRD, Wakil Bupati SItubondo, Drs.H. Suroso, M.Pd bersama Ketua DPRD Drs. H. Aqiq Zaman, dihadapan para pejabat pemerintah dan  segenap wakil rakyat yang hadir saat itu menyetujui ditetapkannnya  Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 6 Tahun 2009 tentang Hari Jadi Kabupaten Situbondo (HARJAKASI). Perda tersebut selanjutnya dituangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Situbondo pada  tanggal 18 Agustus 2009.Setelah melalui proses pembahasan  secara seksama dalam Rapat DPRD dan mempertimbangkan referensi yang  direkomendasikan oleh para pakar dan peneliti yang melakukan tugas penelitian  selama hampir 2 tahun, DPRD dan pemerintah Daerah menyepakati Hari Jadi Kabupaten Situbondo jatuh pada Tanggal 19 september 1972.

Dengan  ditetapkannya Hari Jadi Kabupaten Situbondo pada tanggal 19 September 1972 semoga menjadi motivasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap daerah, khususnya dalam meningkatkan daya saing daerah  di Era Otonomi Daerah, dengan terus meningkatkan kreatifitas menggali potensi daerah dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk  pembangunan seni budaya dan pariwisata  yang dapat dijadikan identitas daerah Situbondo sebagai daerah yang Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Rapi  dan Indah sesuai Motto Daerah “SANTRI”.Situbondo, 19 September 2009.



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants for single moms